Senin, 14 Desember 2015

makalah mikrobiologi


BAB I
PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang
Untuk menegakkan suatu penyakit, biasanya seseorang harus mengetahui penyebab penyakit tersebut. Untuk mengetahui penyabab penyakit seperti yang diakibatkan oleh mikroba, maka kita harus dapat membedakan atau mengetahui jenis mikroba tersebut. Untuk mengetahui atau membedakan jenis mikroba maka dapat dilakukan dengan mengeliminasi atau memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lain. Untuk itu kita harus mengetahui cara mengisolasi dan mensterilisasikan mikroba. Di dalam makalah ini akan dibahas tentang sterilisasi dan isolasi mikroba.


B.     Rumusan Masalah
a.       Apa yang dimaksud sterilisasi dan isolasi?
b.      Bagaimana cara mensterilisasikan mikroba?
c.       Apa saja keuntungan sterilisasi mikroba?
d.      Bagaimana metode isolasi mikroba?
e.       Apa sajakah metode isolasi mikroba?


C.     Tujuan
a.       Untuk mengetahui cara sterilisasi mikroba
b.      Untuk mengetahui cara isolasi mikroba














BAB II
PEMBAHASAN



A.    Pengertian Sterilisasi dan Isolasi
Sterilisasi adalah suatu usaha untuk memusnahkan atau mengeliminasi semua mikroorganisme, termasuk spora bakteri, yang sangat resisten.
Isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni sel yang tetap pada tempatnya  (Nur, I. dan Asnani, 2007).


B.     Proses Sterilisasi
Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu penggunaan panas (pemijaran dan udara panas); penyaringan; penggunaan bahan kimia (etilena oksida, asam perasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin) (Hadioetomo, 1993).
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi.

a.       Sterilisasi secara mekanik (filtrasi)
Jika terdapat beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan atau penguraian, maka sterlisasi yang digunakan adalah dengan cara mekanik, misalnya dengan saringan.
Di dalam sterilisai secara mekanik (filtrasi), menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Contohnya adalah antibiotik, enzim, serum dan vitamin.
Penyaringan dapat dilakukan dengan mengalirkan gas atau cairan melalui suatu bahan penyaring yang memilki pori-pori cukup kecil untuk menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Saringan akan tercemar sedangkan cairan atau gas yang melaluinya akan steril. Alat saring tertentu juga mempergunakan bahan yang dapat mengabsorbsi mikroorganisme. Saringan yang umum dipakai tidak dapat menahan virus. Oleh karena itu, sehabis penyaringan medium masih harus dipanasi dalam otoklaf.


                                                              i.      Metode filtrasi
Sterilisasi dengan filtrasi tidak merusak mikroorganisme tetapi menghilangkan mikroorganisme dengan cara memisahkan.  Hal  ini digunakan untuk klarifikasi dan sterilisasi cairan dan gas karena mampu mencegah bagian dari partikel yang  dapat hidup dan tidak dapat hidup.
Filter membran dengan ukuran pori antara 0,2 – 0,45 m  biasanya digunakan untuk menghilangkan partikel dari larutan yang tidak dapat di autoklaf.   Metode ini digunakan untuk menghilangkan mikroba dari cairan yang labil terhadap panas seperti serum, larutan  antibiotic, larutan gula, larutan  urea. Berbagai aplikasi metode sterilisasi dengan filtrasi termasuk juga digunakan untuk menghilangkan bakteri dari bahan-bahan pada media kultur,  mempersiapkan suspense virus dan fag yang bebas bakteri, mengukur ukuran dari virus,  memisahkan racun dari filtrate kultur, menghitung bakteri, mengklarifikasi cairan dan memurnikan cairan hydatid.  Filtrasi dibantu dengan menggunakan salah satu tekanan positif atau negatif pada pompa vakum.  Filter tertua ini terbuat dari gerabah atau asbes yang  disebut sebagai depth filters.
Mekanisme utama filtrasi adalah penyaringan, adsorpsi dan penjebakan dalam matriks pada bahan yang disaring.  Tingkatan sterilisasi dengan penyaringan digunakan dalam perlakuan untuk suntikan yang sensitive terhadap panas dan larutan untuk mata, produk biologi dan udara dan gas lainnya untuk pasokan kedaerah aseptik.  Filtrasi juga digunakan dalam industri sebagai bagian dari sistem ventilasi pada fermentor, sentrifus, autoklaf dan pengering beku.  Membran Filter digunakan untuk pengujian sterilitas.
                                                            ii.      Menyaring cairan
Hal dapat dilakukan dengan berbagai filter seperti saringan Seitz, yang menggunakan saringan asbestos sebagai alat penyaringannya; saringan berkefeld, yang mempergunakan filter yang terbuat dari tanah diatom; saringan chamberland, yang mempergunakan filter yang terbuat dari porselen; dan fritted glass filter, yang mempergunakan filter yang terbuat dari serbuk gelas. Saringan asbes lebih mudah dan lebih murah daripada saringan porselen. Saringan asbes dapat dibuang setelah dipakai, sedangkan saringan porselen terlalu mahal bila dibuang, tetapi terlalu sulit untuk dibersihkan.


                                                          iii.      Menyaring udara
Untuk menjaga suatu alat yang sudah steril agar tidak tercemar oleh mikroba atau untuk menjaga agar suatu biakan kuman tidak tercemar oleh kuman yang lain, maka alat-alat tersebut harus ditutup denagn kapas, karena kapas mudah ditembus udara tetapi dapat menahan mikroorganisme. Harus dijaga agar kapas tidak menjadi basah, oleh karena kapas yang basah memungkinkan kuman menembus kedalam. Untuk mencegah pencemaran oleh kuman-kuman udara pada waktu menuang perbenihan, dapat dipergunakan suatu alat yang disebut laminar flow bench dimana udara yang masuk kedalamnya disaring terlebih dahulu dengan suatu saringan khusus. Saringan ini ada batas waktu pemakaiannya dan harus diganti dengan yang baru apabila sudah tidak berfungsi lagi.

b.      Sterilisasi secara fisik
Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan cara:
                                                              i.      Tyndalisasi
Konsep kerja metode ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air dan tidak tahan tekanan atau suhu tinggi lebih tepat disterilkan dengan metode ini. Misalnya susu yang disterilkan dengan suhu tinggi akan mengalami koagulasi dan bahan yang berpati disterilkan pada suhu bertekanan pada kondisi pH asam akan terhidrolisis.
Cara kerja:
1.      Bahan dimasukkan kedalam erlenmeyer atau botol dan ditutup rapat dengan sumbat atau aluminium foil.
2.      Erlenmeyer/botol lalu dimasukkan kedalam alat sterilisasi (alat standar menggunakan Arnold Steam Sterilizen atau dandang).
3.      Nyalakan sumber panas dan tunggu hingga termometer menunjukkan suhu 1000C kemudian hitung waktu mundur hingga 30 menit (uap panas yang terbentuk akan mematikan mikroba).
4.      Setelah selesai alat sterilisasi dimatikan dan bahan yang steril dikeluarkan.
5.      Setelah 24 jam, bahan tersebut di sterilkan lagi dengan cara yang sama, sedang waktu ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan spora atau sel vegetatif yang belum mati untuk tumbuh sehingga mudah dibunuh.

                                                            ii.      Sterilisasi dengan udara panas (Dry heat sterilization)
Sterilisasi dengan metode ini biasanya digunakan untuk peralatan gelas seperti cawan petri, pipet ukur dan labu erlenmyer. Alat gelas yang disterilisasi dengan udara panas tidak akan timbul kondensasi sehingga tidak ada tetes air (embun) didalam alat gelas.
Cara kerja:
1.      Bungkus alat-alat gelas dengan kertas payung atau aluminium foil
2.      Atur pengatur suhu oven menjadi 1800C dan alat disterilkan selama 2-3 jam.
                                                          iii.      Pemanasan kering.
Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi sampai kering dan selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikrobanya mati. Digunakan pada benda atau bahan yang tidak mudah menjadi rusak, tidak menyala, tidak hangus atau tidak menguap pada suhu tinggi. Umumnya digunakan untuk senyawa yang tidak efektif untuk disterilkan dengan uap air, seperti minyak lemak, minyak mineral, gliserin (berbagai jenis minyak), petrolatum jelly, lilin, wax, dan serbuk yang tidak stabil dengan uap air. Metode ini efektif untuk mensterilkan alat-alat gelas dan bedah. Contohnya alat ukur dan penutup karet atau plastik. Selain itu, bahan atau alat harus dibungkus, disumbat atau ditaruh dalam wadah tertututp untuk mencegah kontaminasi setelah dikeluarkan dari oven.
                                                          iv.      Pemanasan basah.
Prinsipnya adalah dengan cara mengkoagulasi atau denaturasi protein penyusun tubuh mikroba sehingga dapat membunuh mikroba. Sterilisasi uap dilakukan menggunakan autoklaf dengan prinsipnya memakai uap air dalam tekanan sebagai pensterilnya. Temperatur sterilisasi biasanya 121, tekanan yang biasa digunakan antara 15-17,5 psi (pound per square inci) atau 1 atm. Lamanya sterilisasi tergantung dari volume dan jenis. Alat-alat dan air disterilkan selama 1 jam, tetapi media antara 20-40 menit tergantung dari volume bahan yang disterilkan. Sterilisasi media yang terlalu lama akan menyebabkan :
1.      Penguraian gula
2.      Degradasi vitamin dan asam-asam amino
3.      Inaktifasi sitokinin zeatin riboside
4.      Perubahan pH yang berakibatkan depolimerisasi agar
Bila ada kelembapan, bakteri akan terkoagulasi dan dirusak pada temperatur yang lebih rendah dibandingkan jika tidak ada kelembapan. Mekanisme penghancuran bakteri oleh uap air panas adalah terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein esensial dari organisme tersebut.
Metode sterilisasi uap umumnya digunakan untuk sterilisasi sediaan farmasi dan bahan-bahan lain yang tahan terhadap temperatur yang dipergunakan dan tahan terhadap penembusan uap air, larutan dengan pembawa air, alat-alat gelas, pembalut untuk bedah, penutup karet dan plastic serta media untuk pekerjaan mikrobiologi. Uap jenuh pada suhu 121oC mampu membunuh secara cepat semua bentuk vegetatif mikroorganisme dalam 1 atau 2 menit. Uap jenuh ini dapat menghancurkan spora bakteri yang tahan pemanasan.
                                                            v.      Pemijaran
Dengan cara membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dan sebagainya
                                                          vi.      Sterilisasi dengan radiasi
Prinsipnya adalah radiasi menembus dinding sel dengan langsung mengenai DNA dari inti sel sehingga mikroba mengalami mutasi. Digunakan untuk sterilisasi bahan atau produk yang peka terhadap panas (termolabil). Ada dua macam radiasi yang digunakan yakni gelombang elektromagnetik (sinar x, sinar γ) dan arus partikel kecil (sinar α dan β). Sterilisasi dengan radiasi digunakan untuk bahan atau produk dan alat-alat medis yang peka terhadap panas (termolabil).

c.       Sterilisasi secara kimiawi.
                                                              i.      Sterilisasi gas
Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme dan sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke dalam pori dan serbuk padat, sterilisasi adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme yang terkristal akan dibunuh. Sterilisasi yang digunakan dalam bidang farmasi untuk mensterilkan bahan-bahan dan menghilangkan dari bahan yang disterilkan pada akhir jalur sterilisasi, gas ini tidak inert, dan kereaktifannya terhadap bahan yang disterilkan harus dipertimbangkan misalnya thiamin, riboflavin, dan streptomisin kehilangan protein ketika disterilkan dengan etilen oksida.
Etilen oksida bereaksi sebagai bakterisida dengan alkalis asam amino, hidroksi atau gugus sulfur dari enzim seluler atau protein. Beberapa lembab dibutuhkan untuk etilen oksida berpenetrasi dan menghancurkan sel. Kelembaban rendah misalnya minimal 20%, angka kematian tidak logaritmik (tidak nyata). Tetapi mikroorganisme muncul peningkatan resistensinya dengan penurunan kelembaban. Dalam prakteknya, kelembaban dalam chamber pensteril ditingkatkan dari 50-60% dan dipegang untuk suatu waktu pada permukaan dan kelembaban membran sel sebelum penggunaan etilen oksida.
Etilen oksida bersifat eksplosif ketika dicampur dengan udara. Penghilangan sifat eksplosif dengan menggunakan campuran etilen oksida dan karbondioksida. Seperti Carboxide, Oxyfume 20, campuran etilen oksida dengan hidrokarbon terflouronasi seperti Storoxide 12. keduanya diluent inert yang mempunyai tekanan uap yang tinggi dan bereaksi sebagai pembakar etilen oksida keluar dari silinder masuk ke dalam chamber steril. Komponen terfloronasi mempunyai keuntungan over karbondioksida yang disimpan dalam wadah yang ringan dan campuran mengizinkan tekanan parsial tinggi dari etilen oksida pada chamber pensteril pada tekanan total yang sama.
Sterilisasi gas berjalan lambat waktu sterilisasi tergantung pada keberadaan kontaminasi kelembaban, temperatur dan konsentrasi etilen oksida. Konsentrasi minimum etilen oksida dalam 450 mg/L, 271 Psi, konsentrasi ini 85°C dan 50% kelembaban relativ dibutuhkan 4-5 jam pemaparan. Di bawah kondisi sama 1000 mg/L membutuhkan sterilisasi 2-3 jam. Dalam partikel 6 jam pemaparan etilen oksida digunakan untuk menyiapkan tepi yang aman dan memperbolehkan waktu untuk penetrasi gas ke dalam bahan sterilisasi. Sisa gas dihilangkan dengan terminal vakum dilanjutkan oleh pembersihan udara yang difiltrasi. Cara ini digunakan untuk mensterilkan obat serbuk seperti penisilin, juga telah digunakan untuk sterilisasi benang, plastik tube. Penggunaan etilen oksida untuk sterilisasi akhir peralatan parenteral tertentu seperti kertas karf dan lapisan tipis polietilen. Semprot aerosol etilen oksida telah digunakan untuk mensterilkan daerah sempit dimana dilakukan teknik aseptis.
Gas yang biasa digunakan adalah etilen oksida dalam bentuk murni atau campuran dengan gas inert lainnya. Gas ini sangat mudah menguap dan sangat mudah terbakar. Merupakan agen alkilasi yang menyebabkan dekstruksi mikroorganisme termasuk sel-sel spora dan vegetatif. Sterilisasi dilakukan dalam ruang/chambersterilisasi.
Sterilisasi menghasilkan bahan toksik seperti etilen klorohidrin yang menghasilkan ion klorida dalam bahan-bahan. Digunakan untuk sterilisasi ala-alat medis dan baju-baju medis, bahan-bahan seperti pipet sekali pakai dan cawan petri yang digunakan dalam laboratorium mikrobiologi. Residu etilen oksida adalah bahan yang toksik yang harus dihilangkan dari bahan –bahan yang disterilkan setelah proses sterilisasi, yang dapat dilakukan dengan mengubah suhu lebih tinggi dari suhu kamar. Juga perlu dilakukan perlindungan terhadap personil dari efek berbahaya gas ini.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi ini termasuk kelembaban, konsentrasi gas, suhu dan distribusi gas dalam chamber pengsterilan. Penghancuran bakteri tergantung pada adanya kelembaban, gas dan suhu dalam bahan pengemas, penetrasi melalui bahan pengemas, pada pengemas pertama atau kedua, harus dilakukan, persyaratan desain khusus pada bahan pengemas.
Etilen oksida dianggap menghasilkan efek letal terhadap mikroorganisme dengan mengalkilasi metabolit esensial yang terutama mempengaruhi proses reproduksi. Alkilasi ini barangkali terjadi dengan menghilangkan hidrogen aktif pada gugus sulfhidril, amina, karboksil atau hidroksil dengan suatu radikal hidroksi etil metabolit yang tidak diubah dengan tidak tersedia bagi mikroorganisme sehingga mikroorganisme ini mati tanpa reproduksi.

C.     Kelebihan dan Kekurangan Sterilisasi
a.       Sterilisasi dengan filtrasi.
                                                              i.      Kecepatan pada penyaringan sejumlah kecil larutan.
                                                            ii.      Efektif untuk mensterilkan materi-materi yang tidak tahan panas.
                                                          iii.      Penggunaan penyaring tertentu.
                                                          iv.      Peralatan yang digunakan murah.
                                                            v.      Mempunyai kecenderungan meng-absorbsi beberapa senyawa aktif tertentu selama proses penyaringan.
                                                          vi.      Kemungkinan kerusakan bentuk penyaring sehingga kesterilan hasil yang di peroleh tidak pasti.
                                                        vii.      Tidak dapat menyaring virus.
                                                      viii.      Hanya sekali pakai
b.      Sterilisasi panas lembab
                                                              i.      Waktu yang dibutuhkan untuk proses sterilisasi sedikit karena ada bantuan panas dan uap.
                                                            ii.      Dapat digunakan untuk sterilisasi hampir semua alat, termasuk alat ukur.
                                                          iii.      Ada tetesan uap air pada alat dan bahan yang disterilkan.
                                                          iv.      Sangat bergantung pada adanya kelembapan dan temperatur yang ditingkatkan.
                                                            v.      Uap air yang menetes dapat merusak media-media tertentu.
                                                          vi.      Autoklaf adalah alat yang digunakan untuk sterilisasi panas lembab. Kelebihan dari autoklaf ini adalah waktu yang diperlukan untuk proses sterilisasi lebih cepat karena menggunakan uap panas dan tekanan. -Kekurangan menggunakan alat ini adalah terdapatnya tetesan uap air yang mengenai alat dan bahan yang disterilisasi.
c.       Sterilisasi panas kering
                                                              i.      Tidak ada uap air yang menetes pada alat dan bahan yang disterilkan.
                                                            ii.      Memerlukan temperatur yang tinggi dan waktu yang lama.
                                                          iii.      Peralatan yang digunakan murah.
                                                          iv.      Belum tentu dapat membunuh semua bakteri
d.      Sterilisasi radiasi
                                                              i.      Dengan panjang gelombang yang pendek, mempunyai daya antimikrobal yang kuat. 
                                                            ii.      Adanya pengaruh radiasi pada produk-produk dan wadah.
                                                          iii.      Sinar UV dapat menyebab-kan kerusakan hati, kanker, dan lain-lain.
e.       Sterilisasi gas
                                                              i.      Penggunaan alkohol dapat menyingkirkan minyak, partikel debu, dan bakteri.
                                                            ii.      Waktu sterilisasi tergantung pada keberadaan kontaminasi kelembaban, temperatur dan konsentrasi etilen oksida.
                                                          iii.      Sangat mudah terbakar bila bercampur dengan udara.


D.                Proses Isolasi Mikroba
Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni sel yang tetap pada tempatnya  (Nur, I. dan Asnani, 2007).
Dikenal beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari suatubiakan campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode cawan gores dan metode cawan tuang. Yang didasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud untuk memperoleh spesies individu. Dengan anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu jenis sel yang dapat diamati  (Afrianto, 2004).
Biakan murni diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis, antara lain digunakan dalam mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciri-ciri kultural morfologi, fisiologi dan serologi dibutuhkan mikroba yang berasal dari satu spesies  (Dwidjoseputro, 2005).
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan isolasi mikrobayaitu antara lain :
a.       Sifat setiap jenis mikroba yang akan diisolasi
b.      Tempat hidup atau asal mikroba tersebut
c.       Medium pertumbuhan yang sesuai
d.      Cara menginokulasi mikroba.
e.       Cara menginkubasi mikroba.
f.       Cara menguji bahwa mikroba yang diisolasi telah berupa kultur murni dansesuai dengan yang dimaksud.
g.      Cara memelihara agar mikrobia yang telah diisolasi tetap merupakan kultur murni.




E.     Metode Isolasi
a.       Menurut Hadioetomo (1993) ada 2 metode yang dilakukan untuk memperoleh biakan murni yaitu:
                                                              i.      Metode cawan gores
             Metode ini mempunyai dua keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu. Metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan.
                                                            ii.      Metode cawan tuang
Cara lain untuk memperoleh koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme adalah dengan mengencerkan spesimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan ( ±50­­ oC ) yang kemudian dicawankan. Karena konsentrasi sel-sel mikroba di dalam spesimen pada umunya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang-kurangnya satu di antara cawan tersebut mengandung koloni terpisah di atas permukaan ataupun di dalam agar. Metode ini memboroskan bahan dan waktu namun tidak memerlukan keterampilan yang tinggi.
                                                          iii.      Teknik sebar (spread plate)
Teknik isolasi dan mikroba dengan cara menyebarkan mikroba pada permukaan media yang akan digunakan (Trianda, 2011).
                                                          iv.      Teknik Pengenceran (dilution method)
Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam- macam spesies diencerkan dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran ini kemudian di ambil kira- kira 1 mL untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 mL untuk disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa koloni yang akan tumbuh dalam mdium tersebut, akan tetapi mungkin juga kita hanya akan memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini dapat kita jadikan piaraan murni. Jika kita belum yakin, Bahwa koloni tunggal yang kita peroleh tersebut merupakan koloni yang murni, maka kita dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel (Trianda, 2011)
                                                            v.      Teknik Micromanipulator
Mengambil satu bakteri dengan mikropipet yang ditempatkan dalam mikro manupulator, kemudian ditempatkan dalam mikromanupulator. Kemudian ditempatkan dalam medium encer untuk dibiakkan ( Trianda, 2011).
b.      Menurut Admin (2008), terdapat berbagai cara untuk mengisolasi mikroba yakni :
                                                              i.      Isolasi pada cawan
Prinsip pada metode isolasi pada cawan adalah mengencerkan mikroorganisme sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya. Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal. Terdapat beberapa cara dalam metode isolasi pada cawan, yaitu :  metode gaores kuadran dan metode agar cawan tuang. Metode gores kuadran , bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya mikroorganisme, dimana setiap koloni berasal dari setiap sel. Metoe agar tuang berbeda dengan metoe gores kuadran, cawan tunag menggunakan medium agar yang dicairkan dan didinginkan yang kemudian dicawankan, pengenceran tetap perlu dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir mengandung koloni-koloni yang terpisah di atas permukaan atau di dalam cawan.
                                                            ii.      Isolasi pada medium cair
Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada agar cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini juga perlu dilakukan pengencaran dengan beberapa serial pengenceran. Semakin tinggi pengenceran peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar .
                                                          iii.      Isolasi sel tunggal
Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran besar  yang tiak dapat diisolasi dengan metode agar cawan atau medium cair, sel mikroorganisme dilihat dengan menggunakan pembesaran sekitar 100 X, kemudian sel tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun micromanipulator yang dilakukan secara aseptik.






BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
a.       Sterilisasi adalah suatu usaha untuk memusnahkan atau mengeliminasi semua mikroorganisme, termasuk spora bakteri, yang sangat resisten.
b.      Isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba.
c.       Pada prinsipnya, sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu, secara mekanik, fisik dan kimiawi.
d.      Metode isolasi menurut Hadioetomo (1993)) yaitu, metode cawan gores, metode cawan tuang, teknik sebar, teknik pengenceran, teknik micromanipulator.
e.       Metode isolasi menurut Admin (2008) yaitu, isolasi pada cawan, isolasi pada medium cair, isolasi pada sel tunggal.

























Daftar Pustaka


Tidak ada komentar:

Posting Komentar