BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk menegakkan suatu penyakit,
biasanya seseorang harus mengetahui penyebab penyakit tersebut. Untuk
mengetahui penyabab penyakit seperti yang diakibatkan oleh mikroba, maka kita
harus dapat membedakan atau mengetahui jenis mikroba tersebut. Untuk mengetahui
atau membedakan jenis mikroba maka dapat dilakukan dengan mengeliminasi atau
memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lain. Untuk itu kita harus
mengetahui cara mengisolasi dan mensterilisasikan mikroba. Di dalam makalah ini
akan dibahas tentang sterilisasi dan isolasi mikroba.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud sterilisasi dan
isolasi?
b. Bagaimana cara mensterilisasikan
mikroba?
c. Apa saja keuntungan sterilisasi
mikroba?
d. Bagaimana metode isolasi mikroba?
e. Apa sajakah metode isolasi mikroba?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui cara sterilisasi
mikroba
b. Untuk mengetahui cara isolasi
mikroba
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sterilisasi dan Isolasi
Sterilisasi adalah suatu usaha untuk
memusnahkan
atau mengeliminasi semua mikroorganisme,
termasuk spora bakteri, yang
sangat resisten.
Isolasi
mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lain yang
berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan
menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni sel
yang tetap pada tempatnya (Nur, I. dan Asnani, 2007).
B.
Proses Sterilisasi
Proses sterilisasi dapat dibedakan
menjadi 3 macam, yaitu penggunaan panas (pemijaran dan udara panas);
penyaringan; penggunaan bahan kimia (etilena oksida, asam perasetat,
formaldehida dan glutaraldehida alkalin) (Hadioetomo, 1993).
Pada prinsipnya sterilisasi dapat
dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi.
a.
Sterilisasi secara mekanik
(filtrasi)
Jika
terdapat beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan
mengalami perubahan atau penguraian, maka sterlisasi yang digunakan adalah
dengan cara mekanik, misalnya dengan saringan.
Di
dalam sterilisai secara mekanik (filtrasi), menggunakan suatu saringan yang
berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan
pada saringan tersebut. Contohnya adalah antibiotik, enzim, serum dan vitamin.
Penyaringan
dapat dilakukan dengan mengalirkan gas atau cairan melalui suatu bahan
penyaring yang memilki pori-pori cukup kecil untuk menahan mikroorganisme
dengan ukuran tertentu. Saringan akan tercemar sedangkan cairan atau gas yang
melaluinya akan steril. Alat saring tertentu juga mempergunakan bahan yang
dapat mengabsorbsi mikroorganisme. Saringan yang umum dipakai tidak dapat
menahan virus. Oleh karena itu, sehabis penyaringan medium masih harus dipanasi
dalam otoklaf.
i.
Metode filtrasi
Sterilisasi dengan filtrasi tidak merusak mikroorganisme tetapi
menghilangkan mikroorganisme dengan cara memisahkan. Hal ini
digunakan untuk klarifikasi dan sterilisasi cairan dan gas karena mampu
mencegah bagian dari partikel yang dapat hidup dan tidak dapat hidup.
Filter membran dengan ukuran pori antara 0,2 – 0,45 m
biasanya digunakan untuk menghilangkan partikel dari larutan yang tidak
dapat di autoklaf. Metode ini digunakan untuk menghilangkan mikroba
dari cairan yang labil terhadap panas seperti serum, larutan antibiotic,
larutan gula, larutan urea. Berbagai aplikasi metode sterilisasi dengan
filtrasi termasuk juga digunakan untuk menghilangkan bakteri dari bahan-bahan
pada media kultur, mempersiapkan suspense virus dan fag yang bebas
bakteri, mengukur ukuran dari virus, memisahkan racun dari filtrate kultur,
menghitung bakteri, mengklarifikasi cairan dan memurnikan cairan hydatid.
Filtrasi dibantu dengan menggunakan salah satu tekanan positif atau
negatif pada pompa vakum. Filter tertua ini terbuat dari gerabah atau
asbes yang disebut sebagai depth filters.
Mekanisme utama filtrasi adalah penyaringan, adsorpsi dan
penjebakan dalam matriks pada bahan yang disaring. Tingkatan sterilisasi
dengan penyaringan digunakan dalam perlakuan untuk suntikan yang sensitive
terhadap panas dan larutan untuk mata, produk biologi dan udara dan gas lainnya
untuk pasokan kedaerah aseptik. Filtrasi juga digunakan dalam industri
sebagai bagian dari sistem ventilasi pada fermentor, sentrifus, autoklaf dan
pengering beku. Membran Filter digunakan untuk pengujian sterilitas.
ii.
Menyaring cairan
Hal dapat dilakukan dengan berbagai
filter seperti saringan Seitz, yang menggunakan saringan asbestos sebagai alat
penyaringannya; saringan berkefeld, yang mempergunakan filter yang terbuat dari
tanah diatom; saringan chamberland, yang mempergunakan filter yang terbuat dari
porselen; dan fritted glass filter, yang mempergunakan filter yang terbuat dari
serbuk gelas. Saringan asbes lebih mudah dan lebih murah daripada saringan
porselen. Saringan asbes dapat dibuang setelah dipakai, sedangkan saringan
porselen terlalu mahal bila dibuang, tetapi terlalu sulit untuk dibersihkan.
iii.
Menyaring udara
Untuk menjaga suatu alat yang sudah
steril agar tidak tercemar oleh mikroba atau untuk menjaga agar suatu biakan
kuman tidak tercemar oleh kuman yang lain, maka alat-alat tersebut harus
ditutup denagn kapas, karena kapas mudah ditembus udara tetapi dapat menahan
mikroorganisme. Harus dijaga agar kapas tidak menjadi basah, oleh karena kapas
yang basah memungkinkan kuman menembus kedalam. Untuk mencegah pencemaran oleh
kuman-kuman udara pada waktu menuang perbenihan, dapat dipergunakan suatu alat
yang disebut laminar flow bench dimana udara yang masuk kedalamnya disaring
terlebih dahulu dengan suatu saringan khusus. Saringan ini ada batas waktu
pemakaiannya dan harus diganti dengan yang baru apabila sudah tidak berfungsi
lagi.
b.
Sterilisasi secara fisik
Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan cara:
i.
Tyndalisasi
Konsep
kerja metode ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air dan tidak
tahan tekanan atau suhu tinggi lebih tepat disterilkan dengan metode ini.
Misalnya susu yang disterilkan dengan suhu tinggi akan mengalami koagulasi dan
bahan yang berpati disterilkan pada suhu bertekanan pada kondisi pH asam akan
terhidrolisis.
Cara
kerja:
1.
Bahan dimasukkan kedalam erlenmeyer
atau botol dan ditutup rapat dengan sumbat atau aluminium foil.
2.
Erlenmeyer/botol lalu dimasukkan
kedalam alat sterilisasi (alat standar menggunakan Arnold Steam
Sterilizen atau dandang).
3.
Nyalakan sumber panas dan tunggu
hingga termometer menunjukkan suhu 1000C kemudian hitung waktu
mundur hingga 30 menit (uap panas yang terbentuk akan mematikan mikroba).
4.
Setelah selesai alat sterilisasi
dimatikan dan bahan yang steril dikeluarkan.
5.
Setelah 24 jam, bahan tersebut di
sterilkan lagi dengan cara yang sama, sedang waktu ini dimaksudkan untuk
memberi kesempatan spora atau sel vegetatif yang belum mati untuk tumbuh
sehingga mudah dibunuh.
ii.
Sterilisasi
dengan udara panas (Dry heat sterilization)
Sterilisasi
dengan metode ini biasanya digunakan untuk peralatan gelas seperti cawan petri,
pipet ukur dan labu erlenmyer. Alat gelas yang disterilisasi dengan udara panas
tidak akan timbul kondensasi sehingga tidak ada tetes air (embun) didalam alat
gelas.
Cara
kerja:
1.
Bungkus alat-alat gelas dengan
kertas payung atau aluminium foil
2.
Atur pengatur suhu oven menjadi 1800C
dan alat disterilkan selama 2-3 jam.
iii.
Pemanasan kering.
Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan
mengalami dehidrasi sampai kering dan selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari
udara sehingga menyebabkan mikrobanya mati. Digunakan pada benda atau
bahan yang tidak mudah menjadi rusak, tidak menyala, tidak hangus atau tidak
menguap pada suhu tinggi. Umumnya digunakan untuk senyawa yang tidak efektif
untuk disterilkan dengan uap air, seperti minyak lemak, minyak mineral,
gliserin (berbagai jenis minyak), petrolatum jelly, lilin, wax, dan serbuk yang
tidak stabil dengan uap air. Metode ini efektif untuk mensterilkan alat-alat
gelas dan bedah. Contohnya alat ukur dan penutup karet atau plastik. Selain
itu, bahan atau alat harus dibungkus, disumbat atau ditaruh dalam wadah
tertututp untuk mencegah kontaminasi setelah dikeluarkan dari oven.
iv.
Pemanasan basah.
Prinsipnya
adalah dengan cara mengkoagulasi atau denaturasi protein penyusun tubuh mikroba
sehingga dapat membunuh mikroba. Sterilisasi uap dilakukan menggunakan
autoklaf dengan prinsipnya memakai uap air dalam tekanan sebagai pensterilnya.
Temperatur sterilisasi biasanya 121℃,
tekanan yang biasa digunakan antara 15-17,5 psi (pound per square inci) atau 1
atm. Lamanya sterilisasi tergantung dari volume dan jenis. Alat-alat dan air
disterilkan selama 1 jam, tetapi media antara 20-40 menit tergantung dari volume
bahan yang disterilkan. Sterilisasi media yang terlalu lama akan menyebabkan :
1.
Penguraian gula
2.
Degradasi vitamin dan asam-asam
amino
3.
Inaktifasi sitokinin zeatin riboside
4.
Perubahan pH yang berakibatkan
depolimerisasi agar
Bila
ada kelembapan, bakteri akan terkoagulasi dan dirusak pada temperatur yang
lebih rendah dibandingkan jika tidak ada kelembapan. Mekanisme penghancuran
bakteri oleh uap air panas adalah terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa
protein esensial dari organisme tersebut.
Metode
sterilisasi uap umumnya digunakan untuk sterilisasi sediaan farmasi dan
bahan-bahan lain yang tahan terhadap temperatur yang dipergunakan dan tahan
terhadap penembusan uap air, larutan dengan pembawa air, alat-alat gelas,
pembalut untuk bedah, penutup karet dan plastic serta media untuk pekerjaan
mikrobiologi. Uap jenuh pada suhu 121oC mampu membunuh
secara cepat semua bentuk vegetatif mikroorganisme dalam 1 atau 2
menit. Uap jenuh ini dapat menghancurkan spora bakteri yang tahan
pemanasan.
v.
Pemijaran
Dengan
cara membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum,
pinset, batang L, dan sebagainya
vi.
Sterilisasi dengan radiasi
Prinsipnya adalah radiasi menembus dinding sel dengan
langsung mengenai DNA dari inti sel sehingga mikroba mengalami mutasi. Digunakan
untuk sterilisasi bahan atau produk yang peka terhadap panas (termolabil). Ada
dua macam radiasi yang digunakan yakni gelombang elektromagnetik (sinar x,
sinar γ) dan arus partikel kecil (sinar α dan β). Sterilisasi dengan radiasi digunakan
untuk bahan atau produk dan alat-alat medis yang peka terhadap panas
(termolabil).
c.
Sterilisasi secara kimiawi.
i.
Sterilisasi gas
Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas
atau uap untuk membunuh mikroorganisme dan sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi
ke dalam pori dan serbuk padat, sterilisasi adalah fenomena permukaan dan
mikroorganisme yang terkristal akan dibunuh. Sterilisasi yang digunakan dalam
bidang farmasi untuk mensterilkan bahan-bahan dan menghilangkan dari bahan yang
disterilkan pada akhir jalur sterilisasi, gas ini tidak inert, dan
kereaktifannya terhadap bahan yang disterilkan harus dipertimbangkan misalnya
thiamin, riboflavin, dan streptomisin kehilangan protein ketika disterilkan
dengan etilen oksida.
Etilen
oksida bereaksi sebagai bakterisida dengan alkalis asam amino, hidroksi atau
gugus sulfur dari enzim seluler atau protein. Beberapa lembab dibutuhkan untuk
etilen oksida berpenetrasi dan menghancurkan sel. Kelembaban rendah misalnya minimal 20%, angka
kematian tidak logaritmik (tidak nyata). Tetapi mikroorganisme muncul
peningkatan resistensinya dengan penurunan kelembaban. Dalam prakteknya,
kelembaban dalam chamber pensteril ditingkatkan dari 50-60% dan dipegang untuk
suatu waktu pada permukaan dan kelembaban membran sel sebelum penggunaan etilen
oksida.
Etilen
oksida bersifat eksplosif ketika dicampur dengan udara. Penghilangan sifat
eksplosif dengan menggunakan campuran etilen oksida dan karbondioksida. Seperti
Carboxide, Oxyfume 20, campuran etilen oksida dengan hidrokarbon terflouronasi
seperti Storoxide 12. keduanya diluent inert yang mempunyai tekanan uap yang
tinggi dan bereaksi sebagai pembakar etilen oksida keluar dari silinder masuk
ke dalam chamber steril. Komponen terfloronasi mempunyai keuntungan over karbondioksida
yang disimpan dalam wadah yang ringan dan campuran mengizinkan tekanan parsial
tinggi dari etilen oksida pada chamber pensteril pada tekanan total yang sama.
Sterilisasi
gas berjalan lambat waktu sterilisasi tergantung pada keberadaan kontaminasi
kelembaban, temperatur dan konsentrasi etilen oksida. Konsentrasi minimum
etilen oksida dalam 450 mg/L, 271 Psi, konsentrasi ini 85°C dan 50% kelembaban
relativ dibutuhkan 4-5 jam pemaparan. Di bawah kondisi sama 1000 mg/L
membutuhkan sterilisasi 2-3 jam. Dalam partikel 6 jam pemaparan etilen oksida
digunakan untuk menyiapkan tepi yang aman dan memperbolehkan waktu untuk
penetrasi gas ke dalam bahan sterilisasi. Sisa gas dihilangkan dengan terminal
vakum dilanjutkan oleh pembersihan udara yang difiltrasi. Cara ini digunakan
untuk mensterilkan obat serbuk seperti penisilin, juga telah digunakan untuk
sterilisasi benang, plastik tube. Penggunaan etilen oksida untuk sterilisasi
akhir peralatan parenteral tertentu seperti kertas karf dan lapisan tipis
polietilen. Semprot aerosol etilen oksida telah digunakan untuk mensterilkan
daerah sempit dimana dilakukan teknik aseptis.
Gas yang
biasa digunakan adalah etilen oksida dalam bentuk murni atau campuran dengan
gas inert lainnya. Gas ini sangat mudah menguap dan sangat mudah terbakar.
Merupakan agen alkilasi yang menyebabkan dekstruksi mikroorganisme termasuk
sel-sel spora dan vegetatif. Sterilisasi dilakukan dalam ruang/chambersterilisasi.
Sterilisasi
menghasilkan bahan toksik seperti etilen klorohidrin yang menghasilkan ion
klorida dalam bahan-bahan. Digunakan untuk sterilisasi ala-alat medis dan
baju-baju medis, bahan-bahan seperti pipet sekali pakai dan cawan petri yang
digunakan dalam laboratorium mikrobiologi. Residu etilen oksida adalah bahan
yang toksik yang harus dihilangkan dari bahan –bahan yang disterilkan setelah
proses sterilisasi, yang dapat dilakukan dengan mengubah suhu lebih tinggi dari
suhu kamar. Juga perlu dilakukan perlindungan terhadap personil dari efek
berbahaya gas ini.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi sterilisasi ini termasuk kelembaban, konsentrasi gas, suhu
dan distribusi gas dalam chamber pengsterilan. Penghancuran
bakteri tergantung pada adanya kelembaban, gas dan suhu dalam bahan pengemas,
penetrasi melalui bahan pengemas, pada pengemas pertama atau kedua, harus
dilakukan, persyaratan desain khusus pada bahan pengemas.
Etilen oksida dianggap menghasilkan efek
letal terhadap mikroorganisme dengan mengalkilasi metabolit esensial yang
terutama mempengaruhi proses reproduksi. Alkilasi ini barangkali terjadi dengan
menghilangkan hidrogen aktif pada gugus sulfhidril, amina, karboksil atau
hidroksil dengan suatu radikal hidroksi etil metabolit yang tidak diubah dengan
tidak tersedia bagi mikroorganisme sehingga mikroorganisme ini mati tanpa reproduksi.
C.
Kelebihan dan Kekurangan Sterilisasi
a.
Sterilisasi dengan filtrasi.
i.
Kecepatan pada penyaringan sejumlah kecil larutan.
ii.
Efektif untuk mensterilkan materi-materi yang tidak tahan panas.
iii.
Penggunaan penyaring tertentu.
iv.
Peralatan yang digunakan murah.
v.
Mempunyai kecenderungan meng-absorbsi beberapa senyawa aktif tertentu
selama proses penyaringan.
vi.
Kemungkinan kerusakan bentuk penyaring sehingga kesterilan hasil yang di
peroleh tidak pasti.
vii.
Tidak dapat menyaring virus.
viii.
Hanya sekali pakai
b.
Sterilisasi panas lembab
i.
Waktu yang dibutuhkan untuk proses sterilisasi sedikit karena ada bantuan
panas dan uap.
ii.
Dapat digunakan untuk sterilisasi hampir semua alat, termasuk alat ukur.
iii.
Ada tetesan uap air pada alat dan bahan yang disterilkan.
iv.
Sangat bergantung pada adanya kelembapan dan temperatur yang
ditingkatkan.
v.
Uap air yang menetes dapat merusak media-media tertentu.
vi.
Autoklaf adalah alat yang digunakan untuk sterilisasi panas lembab.
Kelebihan dari autoklaf ini adalah waktu yang diperlukan untuk proses
sterilisasi lebih cepat karena menggunakan uap panas dan tekanan. -Kekurangan
menggunakan alat ini adalah terdapatnya tetesan uap air yang mengenai alat dan
bahan yang disterilisasi.
c.
Sterilisasi panas kering
i.
Tidak ada uap air yang menetes pada alat dan bahan yang disterilkan.
ii.
Memerlukan temperatur yang tinggi dan waktu yang lama.
iii.
Peralatan yang digunakan murah.
iv.
Belum tentu dapat membunuh semua bakteri
d.
Sterilisasi radiasi
i.
Dengan panjang gelombang yang pendek, mempunyai daya antimikrobal yang
kuat.
ii.
Adanya pengaruh radiasi pada produk-produk dan wadah.
iii.
Sinar UV dapat menyebab-kan kerusakan hati, kanker, dan lain-lain.
e.
Sterilisasi gas
i.
Penggunaan alkohol dapat menyingkirkan minyak, partikel debu, dan
bakteri.
ii.
Waktu sterilisasi tergantung pada keberadaan kontaminasi kelembaban,
temperatur dan konsentrasi etilen oksida.
iii.
Sangat mudah terbakar bila bercampur dengan udara.
D.
Proses Isolasi Mikroba
Prinsip
dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba
lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat
dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan
membentuk koloni sel yang tetap pada tempatnya (Nur, I. dan Asnani,
2007).
Dikenal
beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari suatubiakan
campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode cawan
gores dan metode cawan tuang. Yang didasarkan pada prinsip pengenceran dengan
maksud untuk memperoleh spesies individu. Dengan anggapan bahwa setiap koloni
dapat terpisah dari satu jenis sel yang dapat diamati (Afrianto,
2004).
Biakan
murni diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis, antara lain digunakan
dalam mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciri-ciri kultural morfologi,
fisiologi dan serologi dibutuhkan mikroba yang berasal dari satu
spesies (Dwidjoseputro, 2005).
Beberapa
faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan isolasi mikrobayaitu antara lain
:
a.
Sifat setiap jenis mikroba yang akan
diisolasi
b.
Tempat hidup atau asal mikroba
tersebut
c.
Medium pertumbuhan yang sesuai
d.
Cara menginokulasi mikroba.
e.
Cara menginkubasi mikroba.
f.
Cara menguji bahwa mikroba yang
diisolasi telah berupa kultur murni dansesuai dengan yang dimaksud.
g.
Cara memelihara agar mikrobia yang
telah diisolasi tetap merupakan kultur murni.
E.
Metode Isolasi
a.
Menurut Hadioetomo (1993) ada 2
metode yang dilakukan untuk memperoleh biakan murni yaitu:
i.
Metode cawan gores
Metode
ini mempunyai dua keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu. Metode cawan
gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya
mikroorganisme yang diinginkan.
ii.
Metode cawan tuang
Cara
lain untuk memperoleh koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme
adalah dengan mengencerkan spesimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan
didinginkan ( ±50 oC )
yang kemudian dicawankan. Karena konsentrasi sel-sel mikroba di dalam spesimen
pada umunya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran perlu dilakukan
beberapa tahap sehingga sekurang-kurangnya satu di antara cawan tersebut
mengandung koloni terpisah di atas permukaan ataupun di dalam agar. Metode
ini memboroskan bahan dan waktu namun tidak memerlukan keterampilan yang
tinggi.
iii.
Teknik sebar (spread plate)
Teknik isolasi dan mikroba dengan cara menyebarkan mikroba
pada permukaan media yang akan digunakan (Trianda, 2011).
iv.
Teknik Pengenceran (dilution method)
Suatu
sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam- macam spesies
diencerkan dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran ini
kemudian di ambil kira- kira 1 mL untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari
pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 mL untuk disebarkan pada suatu medium
padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa koloni yang akan tumbuh
dalam mdium tersebut, akan tetapi mungkin juga kita hanya akan memperoleh satu
koloni saja. Dalam hal yang demikian ini dapat kita jadikan piaraan murni. Jika
kita belum yakin, Bahwa koloni tunggal yang kita peroleh tersebut merupakan
koloni yang murni, maka kita dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan
koloni ini sebagai sampel (Trianda, 2011)
v.
Teknik Micromanipulator
Mengambil
satu bakteri dengan mikropipet yang ditempatkan dalam mikro manupulator,
kemudian ditempatkan dalam mikromanupulator. Kemudian ditempatkan dalam medium
encer untuk dibiakkan ( Trianda, 2011).
b. Menurut Admin (2008), terdapat berbagai cara untuk
mengisolasi mikroba yakni :
i.
Isolasi pada cawan
Prinsip pada metode isolasi pada cawan adalah mengencerkan
mikroorganisme sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari
organisme lainnya. Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut
setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal. Terdapat beberapa cara dalam
metode isolasi pada cawan, yaitu : metode gaores kuadran dan metode
agar cawan tuang. Metode gores kuadran , bila metode ini dilakukan dengan baik
akan menghasilkan terisolasinya mikroorganisme, dimana setiap koloni berasal
dari setiap sel. Metoe agar tuang berbeda dengan metoe gores kuadran, cawan
tunag menggunakan medium agar yang dicairkan dan didinginkan yang kemudian dicawankan,
pengenceran tetap perlu dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir mengandung
koloni-koloni yang terpisah di atas permukaan atau di dalam cawan.
ii.
Isolasi pada medium cair
Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila
mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada agar cawan (medium padat), tetapi hanya
dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini juga perlu dilakukan pengencaran
dengan beberapa serial pengenceran. Semakin tinggi pengenceran peluang untuk
mendapatkan satu sel semakin besar .
iii.
Isolasi sel tunggal
Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel
mikroorganisme berukuran besar yang tiak dapat diisolasi dengan
metode agar cawan atau medium cair, sel mikroorganisme dilihat dengan
menggunakan pembesaran sekitar 100 X, kemudian sel tersebut dipisahkan dengan
menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun micromanipulator yang
dilakukan secara aseptik.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
a. Sterilisasi adalah suatu usaha untuk
memusnahkan
atau mengeliminasi semua mikroorganisme,
termasuk spora bakteri, yang
sangat resisten.
b. Isolasi
mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lain yang
berasal dari campuran bermacam-macam mikroba.
c. Pada
prinsipnya, sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu, secara mekanik,
fisik dan kimiawi.
d.
Metode isolasi
menurut Hadioetomo (1993)) yaitu, metode cawan gores, metode cawan tuang,
teknik sebar, teknik pengenceran, teknik micromanipulator.
e.
Metode
isolasi menurut Admin (2008) yaitu, isolasi pada cawan, isolasi pada medium
cair, isolasi pada sel tunggal.
Daftar
Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar