DAFTAR ISI
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang.............................................................................
1.2
Rumusan
Masalah........................................................................
1.3
Tujuan...........................................................................................
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Teori dan
Pengertian Cahaya..............................................
2.2
Hubungan
Cahaya dengan Gelombang..............................
2.3
Sifat
– sifat cahaya..............................................................
2.4
Pengertian
dan definisi dispersi Cahaya.............................
2.5
Sudut
dispersi dan penyebab dispersi cahaya.....................
2.6
Cahaya
polikromatik dan monokromatik...........................
2.7
Spektrum
Cahaya Tampak..................................................
2.8
Hubungan
Cahaya dengan Warna......................................
2.9
Peristiwa
dispersi cahaya....................................................
2.10
Penerapan dispersi cahaya pada indrustri
grafika..............
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan...................................................................................
3.2
Saran.............................................................................................
3.3
Daftar Pustaka..............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Segala sesuatu di dunia ini dapat dijelaskan secara scientist dan metode – metode ilmiah.
Beberapa hal dapat dijelaskan, misalkan cahaya. Selama ini cahaya seolah
hanyalah sebuah bagian dari sinar suatu objek. Namun tahukah anda bahwa selama
ini cahaya sangatlah bisa untuk membantu manusia dalam menjalani aktivitas.
Cahaya merupakan salah satu gelombang elektromagnetik dan memiliki frekuensi
yang memiliki tingkat energi tertentu. Contoh cahaya yang alami adalah
matahari, Selain alami, cahaya dapat dibuat untuk tujuan tertentu antara lain
lampu.
Cahaya memiliki sifat dan ciri tertentu yang membedakan
dengan gelombang lainnya. panjang
gelombang cahaya sekitar 380–750 nm. Sifat – sifat cahaya, antara lain: dapat
diuraikan (dispersi), dapat mengalami pemantulan (refleksi),
dapat mengalami pembiasan (refraksi), dapat dipadukan/dijumlahkan
(interferensi), dapat mengalami lenturan atau dilenturkan (difraksi), dan dapat
mengalami polarisasi.
Dalam makalah ini akan membahas dispersi cahaya. Karena saat
terurai, cahaya akan membentuk warna – warna yang biasa kita sebut warna
addictive.
1.2.Rumusan
Masalah
1.2.1
Apa pengertian Cahaya?
1.2.2
Sejak kapan penelitian cahaya
dilakukan?
1.2.3
Bagaimana menguraikan cahaya?
1.2.4
Bagaimana bentuk spektrum cahaya
tampak?
1.2.5
Apa hubungan dari cahaya dengan
warna?
1.2.6
Kapan dan dimana peristiwa dispersi
cahaya?
1.3 Tujuan
1.3.1
Memahami definisi cahaya
1.3.2
Memahami dan mengetahui penjabaran
salah satu sifat cahaya
1.3.3
Memahami dan mengetahui terbentuknya
cahaya putih
1.3.4
Mengetahui maksud peristiwa dispersi
cahaya
1.3.5
Mengetahui kaitan cahaya dengan
warna
1.3.6
Mengetahui peristiwa dispersi cahaya
di kehidupan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Teori dan Pengertian
Cahaya
Menurut penelitian para ahli:
Teori Cahaya menurut Newton
Sir Isaac Newton
(1642 – 1727) adalah seorang ilmuwan berkebangsaan Inggris. Pada
tahun 1672 ia berpendapat bahwa:
·
Cahaya adalah pancaran
partikel-partikel yang sangat kecil dan ringan berupa garis lurus ke segala
arah dengan kecepatan yang sangat besar. Bila partikel-partikel ini mengenai
mata, maka kita mendapat kesan melihat sumber cahaya itu.
·
Kecepatan cahaya dalam
medium rapat lebih besar daripada kecepatan cahaya dalam medium renggang.
Kelemahan teori emisi
Newton adalah sebagai berikut:
Ø Teori Newton mengenai kecepatan cahaya tidak
sesuai dengan hasil percobaan Foucault di mana kecepatan cahaya dalam medium
rapat ternyata lebih kecil dari pada kecepatan cahaya dalam medium renggang.
Ø Teori Newton tidak dapat menerangkan terjadinya
gejala difraksi (pelenturan) dan interferensi (perpaduan) pada celah sempit.
Gejala ini telah dibuktikan kebenarannya oleh Thomas Young
(1773 – 1829 M) dan Agustin Fresnel (1788 – 1827 M).
Percobaan Jean Beon Foucault
Teori emisi Newton ternyata memiliki kelemahan setelah Jean Focault (1819 – 1868 M) melakukan percobaan tentang pengukuran kecepatan cahaya dalam berbagai medium pada tahun 1850. Dalam percobannya, Jean Focault mendapatkan kesimpulan bahwa kecepatan cahaya dalam air lebih kecil daripada kecepatan cahaya dalam udara.
Teori emisi Newton ternyata memiliki kelemahan setelah Jean Focault (1819 – 1868 M) melakukan percobaan tentang pengukuran kecepatan cahaya dalam berbagai medium pada tahun 1850. Dalam percobannya, Jean Focault mendapatkan kesimpulan bahwa kecepatan cahaya dalam air lebih kecil daripada kecepatan cahaya dalam udara.
Dengan demikian, teori
Newton yang menyatakan bahwa kecepatan cahaya dalam medium rapat lebih besar
daripada kecepatan cahaya dalam medium renggang tidak benar.
Teori Gelombang Oleh Christian
Huygens
Christian Huygens
(1629 – 1695) adalah seorang Ilmuwan berkebangsaan Belanda yang
menerangkan bahwa cahaya pada dasarnya sama dengan bunyi, yaitu berupa
gelombang. Perbedaan cahaya dengan bunyi hanya terletak pada panjang gelombang
dan frekuensinya. Karena cahaya sebagai gelombang, maka harus ada medium (zat
perantara) agar dapat merambat dalam ruang hampa.
Medium gelombang cahaya
dalam ruang hampa disebut zat eter yaitu zat ringan yang
elastis, diam dan mengisi seluruh ruang alam semesta. Teori Huygens ini dapat
dengan mudah menjelaskan gejala-gejala pemantulan (refleksi), pembiasan
(refraksi), pelenturan (difraksi) dan perpaduan (interferensi) cahaya.
Kelemahan teori
gelombang Huygens adalah sebagai berikut:
Ø Teori Huygens tidak dapat menerangkan tentang
sifat cahaya yang merambat lurus, hal ini dengan mudah dapat diterangkan oleh
teori Newton.
Ø Bukti-bukti eksperimen tentang adanya zat eter
tidak pernah terbukti. Hal ini telah dibuktikan oleh Albert Abraham Michelson
(1852 – 1931) dan Edward William Morley (1838 – 1923) dari
Amerika.
Teori Gelombang Elektromagnetik Oleh
James Clark Maxwell
James Clerk Maxwell (1831 – 1879) adalah seorang ilmuwan asal Inggris (Skotlandia) yang menyatakan bahwa cahaya adalah gelombang elektromagnetik. Cepat rambat gelombang elektromagnetik sama dengan cepat rambat cahaya yaitu 3 × 108 m/s. Kesimpulan Maxwel ini diperkuat oleh percobaan-percobaan para ilmuwan berikut ini.
James Clerk Maxwell (1831 – 1879) adalah seorang ilmuwan asal Inggris (Skotlandia) yang menyatakan bahwa cahaya adalah gelombang elektromagnetik. Cepat rambat gelombang elektromagnetik sama dengan cepat rambat cahaya yaitu 3 × 108 m/s. Kesimpulan Maxwel ini diperkuat oleh percobaan-percobaan para ilmuwan berikut ini.
·
Heinrich Rudolph Hertz
(1857 – 1894), ilmuwan Jerman yang membuktikan bahwa gelombang
elektromagnetik itu sebagai gelombang transversal. Hal ini sesuai dengan
kenyataan bahwa cahaya dapat menunjukkan gejala polarisasi (ex. difraksi dan
interferensi).
·
Pieter Zeeman
(1852 – 1943), ilmuwan Belanda, Percobaan yang dilakukannya pada
tahun 1896 menunjukkan bahwa adanya pengaruh medan magnet yang kuat terhadap
berkas cahaya.
·
Johanes Stark
(1874 – 1957), ilmuwan Jerman pada percobaan yang dilakukan pada
tahun 1913 yang memberikan hasil bahwa medan listrik yang sangat kuat
berpengaruh terhadap berkas cahaya.
Percobaan fotolistrik Einstein
Pada tahun 1905, Albert Einstein membuat
percobaan efek fotoelektrik, cahaya yang menyinari atom mengeksitasi elektron untuk melejit keluar dari orbitnya. Pada pada tahun 1924 percobaan
oleh Louis de Broglie menunjukkan elektron mempunyai sifat dualitas
partikel-gelombang, hingga tercetus teori dualitas partikel-gelombang.
Albert Einstein kemudian
pada tahun 1926 membuat postulat berdasarkan efek
fotolistrik, bahwa cahaya
tersusun dari kuanta yang disebut foton yang mempunyai sifat dualitas
yang sama. Karya Albert Einstein dan Max Planck mendapatkan penghargaan
Nobel masing-masing
pada tahun 1921 dan 1918 dan menjadi dasar teori kuantum mekanik yang
dikembangkan oleh banyak ilmuwan, termasuk Werner
Heisenberg, Niels Bohr, Erwin Schrödinger, Max Born, John von
Neumann, Paul Dirac, Wolfgang Pauli, David Hilbert, Roy J. Glauber dan
lain-lain.
Era ini kemudian disebut era optika modern dan cahaya didefinisikan
sebagai dualisme gelombang transversal
elektromagnetik dan aliran partikel yang disebut foton. Pengembangan lebih lanjut terjadi
pada tahun 1953 dengan ditemukannya sinar maser, dan sinar laser pada tahun 1960. Era optika
modern tidak serta merta mengakhiri era optika klasik, tetapi
memperkenalkan sifat-sifat cahaya yang lain yaitu difusi dan hamburan.
Definisi
Cahaya
Cahaya adalah salah satu bentuk dari
gelombang elektromagnetik yang dapat dilihat oleh mata manusia. cahaya terbagi
menjadi dua jenis, yaitu:
ü Cahaya Monokromatik
Cahaya
yang hanya terdiri atas satu warna dan satu panjang gelombang.
Contoh:
cahaya merah dan ungu
ü Cahaya polikromatik
Cahaya
yang terdiri atas banyak warna dan panjang gelombang.
Contoh:
cahaya putih
2.2 Hubungan Cahaya dengan Gelombang
Gelombang elektromagnetik dapat digambarkan sebagai dua
buah gelombang (gbr.1) yang merambat secara transversal pada
dua buah bidang tegak lurus yaitu medan magnetik dan medan listrik. Merambatnya
gelombang magnet akan mendorong gelombang listrik, dan sebaliknya, saat
merambat, gelombang listrik akan mendorong gelombang magnet. Diagram di atas
menunjukkan gelombang cahaya yang merambat dari kiri ke kanan dengan medan
listrik pada bidang vertikal dan medan magnet pada bidang horizontal.
Gelombang elektromagnetik yang
membentuk radiasi elektromagnetik.
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elektromagnetik yang kasat mata dengan panjang
gelombang sekitar
380–750 nm. Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi
elektromagnetik, baik dengan panjang
gelombang kasat mata maupun yang tidak. Selain itu, cahaya adalah paket partikel yang
disebut foton. Kedua
definisi tersebut merupakan sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan
sehingga disebut "dualisme gelombang-partikel". Paket cahaya yang
disebut spektrum kemudian
dipersepsikan secara visual oleh indra penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan
sebutan optika, merupakan
area riset yang penting pada fisika modern
2.3
Sifat - sifat cahaya
2.3.1
Dapat mengalami pemantulan
(refleksi)
Refleksi (atau pemantulan) adalah perubahan arah rambat cahaya ke arah sisi (medium)
asalnya, setelah menumbuk antarmuka dua medium.
Refleksi pada era optik
geometris dijabarkan dengan hukum
refleksi yaitu:
·
Sinar
insiden, sinar refleksi dan sumbu normal antarmuka ada pada satu bidang yang
sama
·
Sudut
yang dibentuk antara masing-masing sinar insiden dan sinar refleksi terhadap
sumbu normal adalah sama besar.
·
Jarak
tempuh sinar insiden dan sinar refleksi bersifat reversible.
2.3.2
Dapat mengalami pelenturan
(difraksi)
Difraksi
adalah kecenderungan gelombang yang dipancarkan dari sumber melewati celah yang
terbatas untuk menyebar ketika merambat. Menurut prinsip Huygens, setiap titik
pada front gelombang cahaya dapat dianggap sebagai sumber sekunder gelombang
bola.
Gelombang
ini merambat ke luar dengan kecepatan karakteristik gelombang. Gelombang yang
dipancarkan oleh semua titik pada muka gelombang mengganggu satu sama lain
untuk menghasilkan gelombang berjalan. Prinsip Huygens juga berlaku untuk
gelombang elektromagnetik.
2.3.3
Dapat diuraikan (dispersi)
Dispersi adalah peristiwa penguraian
cahaya polikromatik (putih) menjadi cahaya-cahaya monokromatik (me, ji, ku, hi,
bi, ni, u) pada prisma lewat pembiasan atau pembelokan. Hal ini membuktikan
bahwa cahaya putih terdiri dari harmonisasi berbagai cahaya warna dengan
berbeda-beda panjang gelombang.
Sebuah prisma atau kisi kisi mempunyai kemampuan
untuk menguraikan cahaya menjadi warna warna spektralnya. Indeks cahaya suatu
bahan menentukan panjang gelombang cahaya mana yang dapat diuraikan menjadi
komponen komponennya. Untuk cahaya ultraviolet adalah prisma dari kristal,
untuk cahaya putih adalah prisma dari kaca, untuk cahaya infrared adalah prisma
dari garam batu.
Peristiwa dispersi ini terjadi karena perbedaan
indeks bias tiap warna cahaya. Cahaya berwarna merah mengalami deviasi terkecil
sedangkan warna ungu mengalami deviasi terbesar.
2.3.4
Dapat dijumlahkan (interferensi)
Interferensi
adalah interaksi antar gelombang di dalam suatu daerah. Interferensi dapat
bersifat membangun dan merusak. Bersifat membangun jika beda fase kedua
gelombang sama dengan nol, sehingga gelombang baru yang terbentuk adalah
penjumlahan dari kedua gelombang tersebut. Bersifat merusak jika beda fasenya
adalah 180 derajat, sehingga kedua gelombang saling menghilangkan.
2.3.5
Dapat mengalami pembiasan (refraksi)
Refraksi
(atau pembiasan) dalam optika
geometris didefinisikan sebagai perubahan arah rambat partikel cahaya akibat
terjadinya percepatan.
2.3.6
Dapat diserap arah getarnya
(polarisasi)
Polarisasi
cahaya adalah pembatasan atau pengutuban arah getaran gelombang transversal
menjadi satu arah getar tertentu.
2.4 Pengertian dan definisi Dispersi
Cahaya
Dispersi adalah peristiwa penguraian cahaya
polikromarik (putih) menjadi cahaya-cahaya monokromatik (merah, jingga, kuning,
hijau, biru, dan ungu).
Dispersi cahaya terjadi jika seberkas cahaya polikromatik
(cahaya putih) jatuh pada sisi prisma. Cahaya putih tersebut itu akan diuraikan
menjadi warna-warna pembentuknya yang disebut spektrum cahaya (gbr.2).
Karena cahaya merah mempunyai kecepatan paling besar maka cahaya
mengalami deviasi paling kecil. Sedangkan cahaya ungu yang mempunyai kecepatan
paling kecil mengalami deviasi paling besar sehingga indeks bias cahaya ungu
lebih besar dari pada cahaya merah.
2.5
Sudut dispersi dan penyebab dispersi cahaya
gbr.3
Sudut dispersi adalah
sudut yang dibentuk oleh sinar merah dan sinar ungu setelah keluar dari prisma
(gbr.3).
Untuk mencari sudut dispersi, kita dapat menggunakan kaca prisma.
Dengan menggunakan kaca prisma cahaya akan terbiaskan dan membentuk sudut
pembias (β). Lalu bagaimanakah cara mencari sudut pembias (β)?
Perhatikan segitiga ABC. Sudut pembias (β) kaca
prisma dapat diketahui dengan cara menjumlahkan sudut-sudut segitiga ABC.
∠BAC + ∠BCA + β = 180°
(90° − θ2) + (90° − θ3) + β = 180°
180° − θ2 − θ3 + β
= 180°
β = θ2 + θ3 …………… Pers. (1)
Sedangkan sudut deviasi (δ) dapat diketahui dengan cara sebagai berikut.
α1 = θ1 − θ2 dan α2 = θ4 − θ3
δ = α1 + α2
δ = θ1 − θ2 + θ4 − θ3
δ = θ1 + θ4 – (θ2 + θ3)
δ = θ1 + θ4 – β …………… Pers. (2)
Setiap sinar yang datang pada prisma akan mengalami deviasi yang
menghasilkan sudut deviasi tertentu. Salah satu sinar datang tertentu pasti
akan menghasilkan nilai sudut deviasi minimum. Kapan kondisi khusus ini
terjadi? Berdasarkan hasil pembuktian, deviasi minimum dapat terjadi pada saat sudut datang pertama sama dengan
sudut bias kedua (θ1 = θ4). Besarnya sudut deviasi minimum sebuah prisma dapat dicari
sebagai berikut.
θ1 = θ4 maka θ2 = θ3 sehingga persamaan (1) menjadi
β = θ2 + θ2
β = 2θ2
θ2 = ½ β …………… Pers. (3)
Karena θ1 = θ4 maka persamaan (2) menjadi seperti berikut.
δmin = θ1 + θ1 – β
δmin = 2θ1 – β
θ1= ½ (δmin + β) ……………
Pers. (4)
Menurut Hukum Snellius
tentang Pembiasan Cahaya, apabila indeks bias prisma adalah np dan indeks bias medium di sekitar prisma adalah nu, maka berlaku persamaan berikut.
nu sin θ1 = np sin θ2 ……………
Pers. (5)
Apabila kita subtitusikan persamaan (3) dan (4) ke persamaan (5),
maka kita peroleh.
nu sin ½ (δmin + β) = np sin ½ β
Untuk sudut pembias β yang sangat kecil (β ≤ 15°),
maka harga δmin juga kecil sehingga sinus sudutnya sama dengan sudutnya
sendiri. Dengan demikian, persamaan di atas menjadi.
nu[½ (δmin + β)] = np[½ β]
½ nu(δmin + β) = ½npβ
nu(δmin + β) = npβ
δmin = (npβ/nu) – β …………… Pers.
(6)
Jadi, rumus untuk menentukan sudut deviasi minimum pada pembiasan
cahaya oleh prisma adalah sebagai berikut.
δmin
|
=
|
[
|
np
|
−
|
1
|
]
|
β
|
nu
|
Keterangan:
δmin = sudut deviasi minimum
np = indeks
bias prisma
nu =
indeks bias medium
β =
sudut pembias prisma
Penyebab dispersi cahaya
Dispersi cahaya terjadi karena setiap warna cahaya memiliki
panjang gelombang yang berbeda sehingga sudut biasnya berbeda-beda. Cahaya
putih terdiri dari gabungan beberapa warna, yaitu merah, hijau dan biru. Putih
disebut warna polikromatik, yaitu warna cahaya yang masih bisa diuraikan lagi
menjadi warna-warna dasar. Merah, hijau dan biru merupakan warna dasar atau
warna monokromatik, yaitu warna cahaya yang tidak dapat diuraikan kembali.
2.6 Cahaya polikromatik dan monokromatik
Cahaya Polikromatik adalah cahaya yang tersusun atas dua atau
lebih gelombang elektromagnetik. Karena sifat cahaya yang dapat diurai
(dispersi), maka cahaya yang tersusun oleh dua atau lebih gelombang dapat
terurai. Peristiwa dispersi menguraikan cahaya polikromatik menjadi
monokromatik. Cahaya monokromatik
adalah cahaya yang tersusun dari satu gelombang elektromagnetik.
Contoh
cahaya polikromatik (putih)
Contoh cahaya monokromatik (merah
dan ungu)
2.7 Spektrum Cahaya tampak
Cahaya tampak merupakan gelombang elektromagnetik yang dapat
dilihat oleh mata manusia. Mata manusia hanya dapat melihat panjang gelombang
dari 380nm – 750nm yang ditunjukkan melalui warna (gbr.4).
Selain
dibedakan dari panjang gelombang, cahaya tampak juga juga dapat dibedakan
melalui frekuensi dan energi foton. Dibawah ini merupakan tabel cahaya tampak
berdasarkan warna.
2.8 Hubungan Cahaya dengan Warna
Peristiwa
dispersi cahaya menjadikan cahaya polikromatik (putih) terurai menjadi beberapa
warna cahaya. Bila warna cahaya dikelompokkan, akan mendapatkan warna cahaya
dasar dengan tiga warna. Warna cahaya dasar yaitu RGB (Red, Green, Blue) dan
bila ketiga warna dipadukan akan membentuk warna putih (polikromatik). Cahaya
berwarna merah, hijau,dan biru dipilih karena kemampuan reseptor yang dapat
dilihat oleh retina mata. Cahaya yang dapat dilihat oleh mata manusia disebut
cahaya tampak.
secara umum warna dibedakan menjadi 2 jenis warna, yaitu Warna Addictive dan Substractive.
secara umum warna dibedakan menjadi 2 jenis warna, yaitu Warna Addictive dan Substractive.
2.9 Peristiwa dispersi cahaya
Contoh
dispersi cahaya
I.
Pelangi
Merupakan salah satu contoh
dispersi cahaya adalah pelangi. Pelangi adalah spektrum cahaya matahari yang
diuraikan oleh butir - butir air. Pelangi hanya dapat terlihat jika kita
membelakangi matahari dan hujan terjadi di depan kita. Jika seberkas sinar
matahari mengenai butir - butir air yang besar, maka sinar itu akan dibiaskan
oleh bagian depan
permukaan air. Sinar akan
memasuki butir air. Sebagian kecil sinar akan dipantulkan oleh bagian belakang
butir air.
II.
Penggunaan hologram
Penggunaan Hologram untuk menyimpan
objek berbentuk tiga dimensi. Hologram memadukan sinar cahaya yang koheren
sehingga mampu menghasilkan cahaya yang dapat memuat objek gambar, pemandangan
atau adegan
III.
Fotografi
Penerapan lensa difraksi pada kegiatan photography, difraksi cahaya menyebabkan
terbentuknya resolusi gambar baik sehingga menghasilkan gambar dengan kualitas
yang tajam
IV.
Teleskop
Perhitungan resolusi pada
teleskop, dimana cahaya melalui celah transformasi
Fourier secara konstruktif dan destruktif. Sehingga seseorang dapat melakukan pengintegrasian 2-dimensional
dari cahaya yang terbentuk.
2.10
Penerapan dispersi cahaya pada indrustri grafika
Cahaya sangat berperan
dalam industri grafika, berikut peranan cahaya di industri grafika :
• Warna
proses CMY akan menyerap gelombang cahaya dan akan memantulkan sedikit cahaya.
• Cyan
akan meyerap gelombang cahaya Merah dan akan memantulkan cahaya warna hijau dan
biru,
• Magenta
akan menyerap gelombang cahaya Hijau dan akan memantulkan warna merah dan biru
• Yellow
akan menyerap gelombang cahaya Biru dan akan memantulkan warna hijau dan merah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dispersi
Cahaya adalah penguraian cahaya putih atas komponen - komponen warna
pelangi. Dalam percobaan di laboratorium
penguraian cahaya
tersebut menggunakan sebuah kotak sinar dan sebuah prisma kaca. Jika sebuah
sinar yang keluar dari kotak diarahkan ke salah satu bidang pembias prisma maka sinar yang keluar dari bidang prisma lainnya akan terpisah menjadi warna
pelangi. Sebuah prisma atau kisi kisi mempunyai kemampuan untuk menguraikan cahaya menjadi warna - warna spektralnya. Indeks cahaya suatu bahan menentukan panjang gelombang cahaya yang dapat diuraikan menjadi komponen – komponennya. Untuk cahaya ultraviolet digunakan prisma dari Kristal, untuk cahaya putih digunakan prisma dari kaca, dan untuk cahaya infrarot digunakan prisma dari garam batu.
tersebut menggunakan sebuah kotak sinar dan sebuah prisma kaca. Jika sebuah
sinar yang keluar dari kotak diarahkan ke salah satu bidang pembias prisma maka sinar yang keluar dari bidang prisma lainnya akan terpisah menjadi warna
pelangi. Sebuah prisma atau kisi kisi mempunyai kemampuan untuk menguraikan cahaya menjadi warna - warna spektralnya. Indeks cahaya suatu bahan menentukan panjang gelombang cahaya yang dapat diuraikan menjadi komponen – komponennya. Untuk cahaya ultraviolet digunakan prisma dari Kristal, untuk cahaya putih digunakan prisma dari kaca, dan untuk cahaya infrarot digunakan prisma dari garam batu.
3.2 Saran
Sehubungan dengan bahasan makalah
ini, kami mengharapkan kritik dan saran para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnan makalah ini dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan
berikutnya. Kepada rekan-rekan mahasiswa agar lebih meningkatkan,menggali
dan mengkaji lebih dalam
tentang bagaimana penerapan disperse cahaya dalam penerapannya di indrustri
grafika.
3.3 Daftar
Pustaka
journal.stekom.ac.id/index.php/PIXEL/article/download/156/149
mariza_w.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/51250/dispersi.pdf
jurnal.pnj.ac.id/index.php/politeknologi/article/viewFile/863/554
Budiyanto, J. 2009. Fisika : Untuk SMA/MA Kelas XII.
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 298.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar