DAFTAR ISI
Kata pengantar……………………………………………………….. 1
Daftar isi………………………………………………………………. 2
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang………………………………………………….. 3
1.2
Rumusan
Masalah………………………………………………. 3
1.3
Tujuan…………………………………………………………… 4
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Kaca………………………………………………...... 5
2.2
Sejarah dan Perkembangan Kaca……………………………….... 5
2.3
Sifat Kaca………………………………………………………… 6
2.4
Pembuatan Kaca………………………………………………….. 6
2.5
Jenis – jenis Kaca………………………………………………… 7
2.6
Aplikasi Kaca pada Bangunan …………………………………… 11
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan................................................................................... 14
3.2
Saran............................................................................................. 14
3.3
Daftar Pustaka............................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman sekarang, kaca sudah sangat banyak ditemukan dan
dipakai dalam berbagai hal, termasuk dalam bidang arsitektur bangunan. Banyak
kesan dan image yang bisa dimunculkan
dengan keterlibatan material kaca sebagai bagian dari interior maupun eksterior
bangunan.
Begitu kuat efek yang bisa ditimbulkan oleh kaca membuat
banyak perancang bangunan memilij kaca sebagai “pembungkus” dan atau “pengisi”
sebuah bangunan atau gedung. Terlebih lagi dengan kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan, kaca bisa menjadi elemen utama bangunan bahkan yang bersifat
penahan beban atau structural, walaupun masih memerlukan elemen
pendukunglainnya sebagai rangka atau penguatnya (lantai kaca, atap kaca,
dinding kaca, tangga kaca)
Tetapi tidak menutup kemungkinan akan muncul penggunaan kaca
solid sebagai penahan beban tanpa
adanya elemen pendukung. Dengan demikian kaca dapat menggantikan peran material
lainnya seperti batu bata.
1.2.Rumusan
Masalah
Untuk banyak contoh kasus, kaca dapat mendukung unsur venustas (keindahan) bangunan, yaitu
dengan ornament – ornament dari kaca (cermin pada interior, kaca warna mosaic, dll). Dan sudah ada juga yang
menggunakan kaca sebagai unsur firmitas,
yang kebanyakan dari penggunaannya dimaksudkan untuk menunjang aspek venustas,
yaitu untuk menimbulkan kesan tertentu pada sebuah ruangan, dan mendukung aspek
utilitas cahaya sebuah ruangan.
Selama ini kaca sering digunakan sebagai
interior dalam sebuah bangunan, namun di akhir abad ke-20 banyak bangunan yang
menggunakan kaca sebagai eksterior (fasad) sebuah bangunan. Berikut
permasalahan penggunaan kaca pada bangunan antara lain:
1.2.1
Bagaimana tingkat keamanan bangunan
yang menggunakan kaca?
1.2.2
Jenis kaca apa saja yang digunakan
sebagai interior dan eksterior bangunan?
1.2.3
Mengapa sekarang banyak bangunan
yang menggunakan kaca sebagai interior dan eksterior ruangan?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah meninjau sifat – sifat kaca sebagai material bangunan, yang menunjang
system keberdirian bangunan. Adapun tujuan dari makalah ini anara lain:
1.3.1
Memahami sejarah penggunaan kaca
1.3.2
Mengetahui proses pembuatan kaca
1.3.3
Mengetahui penggunaan kaca pada
bangunan
1.3.4
Mengetahui interior yang menggunakan
kaca
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Kaca
Kaca adalah bahan yang tidak padat, karena molekul –
molekulnya tersusun acak seperti halnya zat cair, namun kohesinya membuat
bentuknya menjadi stabil. Karena susunannya acak seperti zat cair itulah maka
kaca terlihat transparan.
Kaca adalah suatu bahan cair yang diolah
sedemikian rupa didapatkan dari beberapa proses kimia, fisika dan biologi yang
produknya berupa padatan. Salah satu bahan
utama pembuatan kaca yaitu pasir silika. Oleh karena itu kaca memiliki sifat
fisika yang tembus cahaya. serta bening karena didukung oleh bahan- bahan yang
menunjang kaca menjadi produk yang banyak diminati banyak orang.
2.2
Sejarah dan Perkembangan Kaca
Kaca pertama kali ditemukan secara tidak sengaja di daerah
Syiria pada 5000 SM, dengan melelehnya batuan yang digunakan untuk memasak dan
kemudian mengeras menjadi opaque
(tidak transparan)
Sekitar 3500 SM, bahan dasar kaca mulai digunakan sebagai
bahan yang memberi efek kilau pada vas dan pot. Para pedagang yang mengetahui
ini mulai menyebarkan informasi ini sepanjang perjalanan mereka.
[ada 1600 SM mulai dibuat vas yang terbuat dari kaca. Juag
bukti – bukti adanya pembuatan kaca di Yunani dan China.
Sampai abad ke-8 SM kerajinan kaca mulai berkembang di daerah
Mesopotamia dan seterusnya sampai Italia. Cara pembuatan kaca tertulis pertama
dibuat pada tahun 650 SM, dengan ukiran di atas lempengan batu yang tersimpan
di perpustakaan raja Assyria Ashurbanipal (669 – 626 SM)
Antara 27 SM sampai 14 M, ditemukan cara baru dalam mrngolah
kaca: glassblowing. Pada tahun 100 M,
bangsa Roma menjadi yang pertama menggunakan kaca dalam arsitektur, dengan
ditemukannya clear glass.
Sekita tahun 1000 M, bangsa Eropa kesulitan mencari bahan
dasar kaca mulai mengguanakan bahan dasarlain, yaitu potash. Pada abad 11, Jerman menciptakan metode membuat kaca
lembaran (glass sheets).
Pada akhir abad 19, mulai berdiri bangunan yang mengunakan
kaca sebagai bungkus luar rangka bangunan, dan menjadi hal yang sangat baru
karena pada zaman tersebut lazim menggunakan bata untuk dindingnya.
2.3
Sifat Kaca
Kaca biasanya merupakan material yang tembus pandang, namun
dalam pemakaian dapat dibuat buram (sedikit tembus pandang) atau tidak tembus
pandang sama sekali. Dapat juga digabung dengan warna yang dimasukkan pada saat
keadaan cair. Warna pada kaca dihasilkan melalui pencampuran material dasar
kaca dan logam antara lain seperti:
Penggunaan kaca pada bangunan akan menimbulkan kesan – kesan
tertentu. Pada bangunan bertingkat banyak, pada façade-nya akan memberikan kesan mewah dan megah. Untuk bangunan
rumah tinggal dan bertingkat rendah penggunaan kaca bisa membawa kesan modern,
mewah, dan bersih.
2.4
Pembuatan Kaca
Bahan baku utama kaca adalah pasir kuarsa dan soda. Tetapi
ada bahan lain yang digunakan untuk memperkuat ataupun untuk penambah sifat –
sifat lainnya.
Bahan
baku
|
Persentase
(%)
|
Keterangan
|
Pasir
kuarsa
|
58,6
|
Bahan
baku dengan titik lebur tinggi
|
Soda
dan potas
|
21,5
|
Bahan
mempermudah peleburan
|
Kapur
|
10,4
|
|
Dolomit
|
10
|
|
Sulfat/feldspar,
dll
|
3,5
|
Bahan
penjernih
|
Kaca pada
bangunan biasa dalam bentuk lembaran biasa dibuat dengan beberapa metode:
2.4.1
Kaca yang ditarik
Untuk menggunakan metode ini, kaca harus dicairkan terlebih
dahulu. Kaca yang sudah dalam keadaan cair akan ditekan hingga keluar dari
pinggir wadah. Kaca yang keluar tersebut akan ditarik oleh rol –rol yangs
saling berhadapan, dimana jarak antar rol tersebut adalah ketebalan kaca yang
dihasilkan.
2.4.2
Kaca yang dituang
Metode ini memerlukan wadah yang biasanya terbuat dari besi.
Wadah tersebut berukuran panjang 600 -700 mm dan lebar 400 mm. kaca cair
dituang dan tebal kaca yang dihasilkan tergantung pada tinggi wadah yang
dipakai.
2.4.3
Kaca yang diapung
Metode ini bekerja dengancara mengapungkan cairan kaca di atas
cairan timah. Tebal kaca yang dihasilkan tergantung pada jumlah cairan kaca
yang dituang ke atas cairan timah tersebut. Kaca yang dihasilkan dengan metode
ini memiliki mutu yang tinggi.
2.5
Jenis – jenis Kaca
Kaca
memiliki jenis yang beragam. Jenis –jenis kaca yang ada di pasaran adalah
sebagi berikut:
Kaca structural adalah kaca yang dipakai sebagai material
permukaan horizontal maupun vertical sepertidinding, partisi, dan bidang –
bidang sempit. Ketebalan kaca structural bermacam – macam mulai dari 6,35 mm
sampai 31,75 mm. metode pemasangan untuk di dalam dan di luar bangunan juga
berbeda. Kaca structural tidak dikombinasikan dengan material kayu, melainkan
harus menggunakan bahan masonry,
karena harus tahan air.
Cermin (mirror)
terbuat dari kaca yang diberi lapisan reflektif yang terbuat dari lapisan logam
tipis perak, perunggu, emas, atau krom. Lapisan logam tersebut bisa dibuat semi
transparan atau opaque, bisa terlindung lapisan tambahan ataupun
tidak.
Alarm
glass merupakan kaca yang dilengkapi dengan kabel
tipis, yang merupakan bagian dari rangkaian elektrik yang akan mengaktifkan
alarm bila kaca rusak. Anti-reflective
glass merupakan kaca yang meredamsifat refleksi cahayanya, namun masih
transparan. Body-tinted glass adalah
kaca yang berwarna. Pemasukkan zat kimia terjadi pada saat pelelehan kaca.
Electro-chromatic
glass adalah kaca yang dapat diatur agar
menjadi lebih gelap atau tidak, dengan tergantung voltase yang dihasilkan oleh
cahaya matahari bila matahari lebih terik, kaca ini akan berubah menjadi lebih
gelap. Fire resistant glass adalah
kaca tahan api, jenis ini ada dua macam, heat
transmitting dan fire insulating.
Float
glass adalah kaca standar yang berupa
lembaran. Laminated glass adalah kaca
untuk pengaman. Terdiri dari dua atau lebih lembar kaca yang digabungkan. Low emission glass adalah kaca yang
tidak tembus suhu dari luar dan mempertahankan suhu dalam ruang.
Patterned
glass kaca yang memiliki ukiran. Ukiran
tersebut berasal dari cetakan pada saat kaca dipress. Reflective glass adalah kaca yang memantulkan cahaya dan bayangan
yang lebih jelas. Self cleaning glass
adalah kaca yang permukaan luarnya dilapisi photocatalytic, sehingga debu dan kotoran
yang menempel akan langsung bersih bila terkena air hujan.
Tempered
glass adalah kaca yangdiperkuat dengan
cara memanaskan kaca sampai titik hamper melebur. Lalu kedua permukaannya
didinginkan secara cepat dengan aliran udara. Dengan demikian bagian permukaan
kaca akan berada dalam keadaan tekan (state
of compression), dan bagian dalam kaca akan berada dalam keadaan tarik (state of tension). Kaca ini mampu
menahan beban 4 sampai 5 kali kaca biasa.
Menurut Garg
(2007), jenis kaca yang penting dan sering digunakan sebagai bahan bangunan
dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a.
Kaca
Normal (Annealed Glass)
Kaca normal
merupakan kaca datar dengan permukaan jernih dan tingkat distorsi yang rendah.
Kaca normal biasa digunakan untuk aplikasi pada bangunan perumahan,
shoppingmall, hotel atau restoran. Penggunaannya untuk bagian bangunan seperti
jendela, pintu, dinding partisi, display, atrium, railing, green house dll.
Berapa tipe dari kaca normal adalah :
-
Clear
Glass, merupakan kaca yang jelas dan transparan yang memberikan bayangan objek
dibelakangnya dengan sangat jelas.
-
Tinted
Glass, merupakan kaca yang telah diberi tambahan oksidan dari suatu jenis metal
tertentu untuk mengurangi efek silau terhadap mata
-
Patterned,
figured or rolled glass, merupakan jenis kaca dekoratif yang tembus pandang
dengan pola tertentu disalahsatu permukaannya agar terjadi penyebaran cahaya
yang datang pada permukaan kaca. Banyak digunakan pada interior bangunan
-
Wire
glass, merupakan kaca yang diproduksi untuk perlindungan terhadap kebakaran
-
Extra
clear glass, merupakan jenis kaca yang digunakan untuk tujuan estetika atu
privasi karena dapat melindungi objek dibagian belakang dengan permukaan yang
sangat halus.
b.
Kaca
laminasi (Laminated Glass)
Kaca laminasi
merupakan kaca yang terdiri dari 2 atau lebih lapisan dengan satu atau lebih
lapisan transparan dengan penambahan bahan plastic Polyvinyl butiral [PVB]
diantara kedua lapisannya. Sifat kaca diperkuat dengan adanya lapisan PVB.
Aplikasi penggunaan kaca laminasi antara lain untuk bangunan perkantoran, bank,
museum, toko perhiasan dll. Penggunaannya untuk bagian bangunan seperti atap,
lantai, skylight, ruang observatorium hewan, akuarium, pelindungan terhadap
gempa dan angin kecepatan tinggi dan kepentingan akustik. Kelebihan dari kaca
laminasi ini antara lain :
-
Dapat
mengurangi resiko retakan/pecah, bahkan dapat mengamankan gedung dari peluru,
benda berat atau ledakan kecil. Walaupun terjadi kerusakan atau pecah, jenis
kaca ini tetap memberi keamanan terhadap penghuni karena tetap berada pada
posisinya (tidak terpecah menjadi puing-puing).
-
Penghalang
yang baik terhadap kebisingan.
-
Dapat
mengurangi masuknya sinar ultraviolet ke dalam bangunan. Perlindungan terhadap
sinar ultraviolet bahkan mencapai 99%.
-
Mengurangi
resiko pecahan puing akibat bencana seperti gempa, angin kencang , atau badai
-
Dapat
memepertahankan waran dan umur bangunan - Mengurangi kerusakan akibat panas.
c.
Tempered atau Toughened Glass
Tempered glass
merupakan kaca yang sangat kuat yang diproduksi dengan perlakuan pemanasan
seragam pada suhu sekitar 6500 C yang kemudian didinginkan dengan cepat.
Kelebihan dari jenis kaca ini adalah :
-
Sulit
untuk pecah, walaupun pecah, akan menjadi bagian-bagian yang sangat kecil
sehingga tidak membahayakan penghuni.
-
Lebih
kuat 4-5 kali dari kaca normal dengan ketebalan yang sama
-
Sangat
kuat terhadap perubahan suhu mencapai 2500 C, dibandingkan kaca normal yang
hanya dapat bertahan pada perubahan suhu 400 C.
Tempered glass
umumnya digunakan untuk aplikasi pada bangunan-bangunan dengan iklim yang keras
misalnya dengan angin yang kencang atau beban salju dan termal yang tinggi.
Digunakan untuk tujuan keamanan dan kekuatan, pada dinding bangunan-bangunan
tinggi, airport atau untuk penggunaan interior dan eksterior yang memerlukan
kekuatan tinggi.
d.
Heat
strengthened glass
Heat
strengthened glass merupakan jenis tempered glass yang diperkuat secara termal
dengan menginduksi tekanan permukaan. Jenis kaca ini banyak digunakan untuk
aplikasi pada dinding pemisah, lantai, atap dan kaca struktural. Kaca ini
memiliki kekuatan mekanik 2 kali dibandingkan tempered glass biasa. Lebih tahan
terhadap kerusakan akibat suhu dan pengurangan terhadap distorsi.
e.
Heat Soaked
Tempered Glass
Heat Soaked
Tempered Glass merupakan jenis kaca yang diproduksi dengan teknik perendaman
untuk mengurangi resiko kerusakan yang diakibatkan proses produksi. Jenis kaca
ini banyak digunakan untuk aplikasi pada bagian bangunan yang memerlukan
kekuatan terhadap perubahan temperature, sepeti kaca struktural.
f.
Kaca
reflektif (Reflective glass)
Kaca reflektif
merupakan kaca yang dilapisi logam pada salah satu nya untuk meningkatkan
reflesi panas dan cahaya. Jenis kaca ini memiliki kelebihan pada estetikanya
dan mengurangi panas dan silau pada eksterior bangunan. Jenis kaca ini juga
dapat mengurangi beban AC. Salah satu jenis reflective glass adalah kaca
reflektif surya yang dapat merefleksi cahaya tanpa mengurangi sifat
transparansi pada kaca tersebut. Penggunaan kaca reflektif misalnya pada
entrance bangunan, pada jendela untuk ruang-ruang privat, dinding dekoratif,
fasad bangunan dan pada bagian lain yang memerlukan perlindungan terhadap
cahaya matahari.
g.
Insulating Glass
Unit (Double Glazing)
Insulating Glass
Unit merupakan jenis kaca pabrikasi yang terbuat dari 2 atau lebih kaca panel
dengan rongga udara diantara lapisan kacanya. Rongga ini bisa diisi dengan
udara kering atau gas agar memiliki kinerja termal lebih baik. Sistem seperti
ini memiliki kelebihan karena dapat mengurangi transmisi panas dibandingkan
kaca normal. Kelebihan kaca insulasi ini dapat mengurangi panas pada bangunan
sehingga mengurangi beban pendinginan. Selain ini sangat efektif dalam
mengurangi tingkat kebisingan yang berasal dari eksterior. Aplikasi kaca ini
adalah untuk bangunan kantor, rumah sakit, hotel rumah dan bangunan-bangunan
lain yang memerlukan pemanasan atau pendinginan yang tinggi. Termasuk bangunan
yang memerlukan tingkat insulasi suara.
h.
Cermin
atau Mirror
Cermin merupakan
jenis kaca reflektif dengan tingkat refleksi yang tinggi. Dapat memberikan
bayangan pada objek di depannya. Penggunaannya pada bangunan seperti pada kamar
mandi, ruang ganti atau dinding dekoratif.
2.6
Aplikasi Kaca pada Bangunan
2.6.1
Plafon kaca
Penggunaan kaca pada plafon dan langit – langit biasanya
bertujuan untuk memasukkan sebanyak mungkin cahaya alami ke dalam ruangan yang
bertujuan sebagai penerang alami. Dalam bidang arsitektur biasa disebut skylight.
Skylight adalah ventilasi cahaya atau jendela transparan yang ditempatkan
pada bagian atas bangunan. Fungsinya untuk mwningkatkan intensitas cahaya dan
menghadirkan pemandangan langit ke dalam ruangan.
Kaca yang digunakan sebagai plafon harus memiliki tebal
minimal 12 mm sampai 20 mm (kaca tempered).
Pengaplikasian kaca sebagai bahan atap maupun plafon biasanya menggunakan
rangka kotak – kotak dengan ukuran tidak lebih dari 1 m (kaca tempered 20 mm dengan ukuran 1 m x 1 m
mampu menahan beban 200 kg).
2.6.2
Lantai kaca
Pemakaian kaca untuk laai dapat memberi kesan mewah dan
elegan. Biasanya digunakan kaca laminate-double.
Kaca ini merupakan gabungan kaca dengan tebal 8 mm. kaca laminate-double 8 mm ini membutuhkan jarak perkuatan 60 cm.
2.6.3
Dinding kaca
Kaca
sebagai bahan yang memiliki ketahanan yang tinggi terhadap bahan kimia dan
pengaruh korosi serta memiliki sifat tranparansi yang tinggi, sangat cocok
digunakan sebagai bahan kulit bangunan. Hanya silika (larutan hydrofluoric
acid) yang dapat menyerang permukaan kaca sehingga menyebabkannya menjadi
terlihat buram. Larutan basa yang mungkin timbul dari beton berdekatan atau
dari bahan kapur pada bagian bangunan lain juga dapat merusak permukaan kaca.
Akan tetapi, kaca memiliki kelebihan dengan sifat-sifat sebagai bahan akustik
yang baik serta memiliki sifat optik dan ketahanan yang tinggi terhadap
temperatur sehingga cocok untuk digunakan sebagai elemen penutup bangunan.
Sifat-sifat teknis yang dapat dibentuk dari bahan kaca seperti insulasi panas,
bahan akustik dan transmisi cahaya dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan
kenyamanan dalam bangunan.
Kaca yang digunakan untuk dinding bisa dua macam, yaitu kaca
bening dan kaca cermin. Kaca cermin memberi efek pantul yang lebih sehingga
memberi kesan luas. Penggunaan dinding kaca biasanya pada ruang – ruang kecil.
Untuk kaca bening, ketebalannya adalah 5 mm sampai 8 mm
dengan jenis tempered, sandblast, atau
laminated. Ukuran kaca ini biasanya
120 cm x 240 cm dan lebih kecil dari itu.
Penggunaan kaca sebagai dinding lebih berfungsi sebagai
pembatas ruangan, bukan sebagai structural. Bila structural, kaca harus
ditambah dengan rangka tambahan dan ukuran tiap kacanya lebih kecil dari 120 cm
x 240 cm dan ketebalannya juga lebih dari 8 mm.
2.6.4
Tangga Kaca
Penggunaan kaca pada tangga berfungsi bangunan Nampak lebih
elegan dan modern. kaca pada tangga biasanya digunakan pada bagian Railing tangga. Jika anak tangga terbuat
dari kaca, paling tidak diperlukan dua lapis kaca dengan ketebalan masing – masing
12 mm untuk menjamin permukaan kaca tidak retak saat diinjak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penggunaan
kaca pada bangunan tidak hanya untuk memperindah nilai estetika, namun juga
bertujuan supaya menghemat energy pada bangunan. Tidak sembarang kaca dapat
digunakan untuk interior dan eksterior bangunan. Dibutuhkan kriteria khusus
agar konstruksi bangunan tetap kokoh walau menggunakan kaca. Kriteria kaca
bangunan antara lain : dapat menopang
beban lebih dari 200 kg, tahan terhadap perubahan suhu, tidak mudah pecah,dan memiliki
nilai stress yang rendah.
3.2 Saran
Sehubungan dengan bahasan makalah
ini, saya mengharapkan kritik dan saran para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnan makalah ini dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan
berikutnya. Kepada rekan-rekan mahasiswa agar lebih meningkatkan,menggali
dan mengkaji lebih dalam
tentang penggunaan kaca pada bangunan.
3.3 Daftar
Pustaka
Lalu bagaimana penggunaan kaca tahan panas ?
BalasHapuspenggunaan kaca tahan panas umumnya digunakan pada bagian plafon atau atap. selain itu juga digunakan pada dinding bagian luar. untuk jenisnya antara lain Tempered atau Toughened Glass, Heat strengthened glass, dan Heat Soaked Tempered Glass.
Hapus